Senin, 10 Oktober 2011

Pdt.Samuel Lassa: Terobosan Di Pintu Gerbang Misi Penginjilan.

Saulus, mantan anggota mashab Farisi yang terkenal sangat keras menentang ajaran Yesus. Ia menulis bahwa “Injil adalah kuasa Allah”, (Roma 1:16 – TL). Keyakinan dalam tulisannya dilatar-belakangi inspirasi Ilahi dan kuasa panggilanNya yang menakjubkan. Ia diproses habis – habisan dalam perjalanan menuju Damsyik untuk menumpas ajaran Yesus atas rekomendasi Imam Besar (Kis.9:1-18). Kuasa itulah yang mengubah seluruh pandangannya. Kuasa-Nya menghasilkan energi “supranatural”. Mengapa Saulus bisa berubah menjadi Paulus? Mengapa hati yang keras bisa menjadi lembut? Mengapa pintu hatinya yang keras dapat diterobosi dan kemudian ia sendiri membuat terobosan di pintu penginjilan dan misi? Bagaimana menggerakkan kuasa Allah hingga dapat bermanifestasi dalam suatu terobosan? Jika kita merenungkan pertobatan Paulus yang penuh dengan kejutan supranatural, dan perjumpaannya dengan Yesus, maka kita harus mengingat seorang pemberita Injil yang bernama Stefanus. Dialah yang melakukan terobosan di pintu hati Paulus. Walau kelihatannya justru Saulus merekomendir penganiayaan dan kematian Stefanus sebagai syahid Kristen. Namun percakapan Yesus dengan Saulus dalam penglihatannya di jalan menuju Damsyik, mengungkap tabir kesaksian. Hati Paulus menjadi luluh lantah diterobos kuasa perkataan Allah. Ia disadarkan bahwa Saulus telah menganiaya Tuhan yang hidup dalam hati Stefanus. Jadi untuk menjawab beberapa pertanyaan di atas, saya mengajak kita menelusuri sikap hati misi seorang Stefanus, (Kis.7:54-60):
1.Penuh Dengan Roh Kudus, (ayat 55).
“Tetapi Stefanus yang penuh dengan Roh Kudus…”
Saya yakin Stefanus begitu terbakar dengan kalimat terakhir Yesus Kristus di bukit Zaitun menjelang detik – detik terangkat-Nya ke Sorga. Yesus berkata: “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atasmu”, Kis.1:8. Secara terminology kata kuasa (dunamis) memiliki arti yang sangat luas dan dapat dijabarkan dari beberapa kata, sebagai berikut: 1).Kata “dinamo” sangat berarti pada system pembangkit tenaga listrik. Dinamo adalah perangkat system ini yang dapat menghasilkan “terang”. 2).“Dinamit” adalah benda yang dapat “menghancurkan gunung”. Benda ini sangat dibutuhkan pada proyek pembuatan jalan hingga jalan dapat menjadi “rata”. 3).Kata “dinamika / dinamis” sering kita jumpai pada ilmu kepemimpinan dan tatanan sosial yang memiliki pengertian “bergerak maju” atau “tidak statis”. 4).Tanda “dinamik” digunakan dalam seni musik untuk improvisasi musik.
Saulus seorang yang sangat taat pada agama dan mashabnya yang sangat keras, tetapi sangat tidak manusiawi (kriminal) karena ia terlibat pada kasus pembunuhan Stefanus. Hatinya gelap gulita. Hatinya keras seperti gunung batu. Ia tidak mampu mencerna dinamika pengajaran Kristus. Improvisasi kehidupan yang ia mainkan adalah nyanyian penganiayaan yang berujung kematian sadis. Tapi dinamo yang dimiliki Stefanus benar – benar berputar menerbitkan terang di hati Saulus dalam perjalanan menuju Damsyik. Dinamit seorang Stefanus meluluh-lantahkan hatinya menjadi rata. Terang itulah yang dinyalakan Paulus, kuasa itulah yang dimpartasikan setelah ia bertobat dan melakukan misi penginjilan mulai dari Antiokia sampai ke Roma. Ia menghasilkan petobat baru dan jemaat yang baru karena dinamika pengajaran Kristus telah ditransformasi dalam dirinya. Ia memainkan tanda dinamik ilahi sewaktu di dalam penjara Filipi. Ia telah mengalami sukacita walaupun penghinaan dan nista dihadapinya. Roh Kudus telah mengambil alih semua peran itu sehingga mengaktifkan dunamis. Terobosan misi pekabaran Injil harus dimulai dengan peranan Roh Kudus.
2.Fokus Pada Visi Yang Allah Singkapkan, (ayat 55).
“…menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.”
Hanya beberapa penggal kalimat saja pada naskah tersebut sehingga agak sulit menjabarkan poin ini. Namun kita dapat meneropong ke belakang mengenai permulaan pelayanan Stefanus. Namanya tertera sebagai urutan pertama yang ditulis Lukas pada pemilihan ke tujuh diaken. Hal yang perlu kita cermati adalah kalimat: “…Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus,…” (Kis.6:5). Kemudian pada masa pelayanannya Ia dikenal sebagai seorang yang penuh dengan karunia dan kuasa serta mengadakan mujizat dan tanda – tanda di antara orang banyak, (Kis.6:8). Dari keterangan tersebut kita dapat memastikan bahwa Ia adalah seorang pemberita Injil yang selalu fokus pada visi yang Allah singkapkan. Visi adalah sebuah impian spiritual yang Allah singkapkan untuk menatap masa depan yang akan kita lalui. Ia lebih kuat dari sebuah prediksi yang dibangun oleh logika. Tentu saja impian spiritual ini dimulai dari seorang yang penuh dengan Roh Kudus. Timbul sebuah pertanyaan: Mengapa Stefanus dan juga Paulus begitu gigih mempertahankan kebenaran Injil yang mereka beritakan? Jawabannya adalah karena mereka selalu fokus pada visi yang Allah taruh dalam spirit mereka. Kita harus fokus pada apa yang Allah singkapkan untuk melakukan suatu terobosan.
3.Presentasikan Visi anda, (ayat 56).
“Lalu katanya: “Sungguh aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia beridiri di sebelah kanan Allah.”
Stefanus diijinkan oleh Tuhan melihat penglihatan seperti yang disaksikan oleh Daud leluhur mereka. Yang paling menarik di sini adalah Lukas, seorang penulis dan peneliti merasa perlu untuk mengutip kembali apa yang telah dikatakan oleh Stefanus. Kutipan ini mengandung pesan bahwa visi sorgawi yang pernah dilihat raja Daud harus dipresentasikan dari generasi ke generasi. Demikian juga dengan Paulus. Terobosan misi penginjilan akan selalu hidup jika visi yang Tuhan taruh pada kita dibagikan kepada orang lain. Dengan demikian visi anda akan bermultiplikasi dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi.
4.Berdoa Dengan Kata – kata Yang Positif Walau di Tengah Kesulitan dan Tekanan, (ayat 59 – 60).
“Sedang mereka melemparinya, Stefanus berdoa, katanya:” Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!”…
Begitu banyaknya para pelayan Injil yang mengalami kegagalan ketika tiba pada tingkat ini. Sikap doa Stefanus merupakan tindakan iman untuk menguburkan keinginan duniawi yang penuh dengan tuntutan kedagingan. Apabila kita telah melewati fase ini, berarti kita sudah hampir mencapai garis finish dimana kita menerobos masuk pintu gerbang sukses dalam misi penginjilan. Doa yang positif akan mendatangkan kuasa yang dahsyat, (Yak.5:16b). Doa yang positif adalah doa yang di dalamnya terkandung kebenaran. Doa yang di dalamnya terkandung kebenaran pasti pendoanya adalah orang yang sudah dibenarkan. Orang yang sudah dibenarkan pasti memahami prinsip salib Kristus. Salib Kristus adalah puncak pembuktian dari sebuah kebenaran. Pilatus pernah bertanya kepada Yesus: “Apakah kebenaran itu?” (Yoh.18.38a). Kita mendapatkan jawabannya melalui 3 (tiga) penyingkapan rahasia ini dalam Alkitab: 1). Firman Tuhan adalah kebenaran (Yoh.17:17), 2).Yesus adalah kebenaran (Yoh.14:6), 3).Roh Kudus adalah kebenaran (1 Yoh.5:6). Ketiga prinsip kebenaran ini harus selalu melekat pada hati dan mulut seorang pendoa. Doa kita harus selalu berdasar pada Firman, Yesus dan Roh Kudus. Sengsara selalu membawa nikmat pada doa orang benar. Atmosfir ini hanya bisa terjadi kepada pendoa yang yang tidak pernah mengeluh dengan situasi apapun juga. Masuklah pada atmosfir kebenaran Ilahi, maka doa kita akan selalu penuh kuasa dalam sebuah terobosan Injil.
5.Memiliki Hati Seperti Hati Yesus, (ayat 60).
“Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!”…
Stefanus telah mencapai sikap hati seperti yang dimiliki oleh Yesus. Tingkat ini dapat saya katakan “Finishing Well atau Happy Ending” with the Holy Spirit. Terobosan misi penginjilan akan selalu berakhir dengan kegagalan apabila tidak dapat diselesaikan dengan baik. Memasuki atmosfir ini adalah tingkat yang tertinggi dimana kita harus memiliki hati seperti hati Yesus. Tuhan Yesus pernah membagikan hatinya ketika mulai mengajarkan doa kepada murid – murid-Nya, (Mat.6:5-15). Hati Yesus penuh dengan pengampunan dan belas kasihan, walaupun orang yang memusuhinya sekalipun. Ajaran yang agung mulia ini telah dibuktikannya di salib, (Luk.23:34). Sangat mirip dengan apa yang dikatakan Stefanus pada insiden penganiayaannya. Atmosfir hati Yesus dapat kita alami ketika merenungkan tulisan rasul Paulus dalam Fil.2:6-11. Untuk masuk pada ruangan pembelajaran ini, kita harus melalui proses pencucian pikiran dan perasaan manusiawi yang terbatas. Kemudian kita harus melakukan proses isi ulang dengan pikiran dan perasaan Yesus yang tidak terbatas. Kita benar – benar sudah memasuki suatu dimensi baru dimana dimensi ini akan menggantikan karakter manusiawi menjadi karakter Ilahi. Intinya adalah cara ini merupakan proses mengaktifkan kuasa Allah sampai pada penaklukkan segala sesuatu yang ada di langit, di atas bumi dan di bawah bumi, (ayat 10). Akhirnya atas kuasa terobosan inilah setiap lidah harus mengakui bahwa “Yesus Kristus adalah Tuhan” bagi kemuliaan Allah, Bapa!. Dalam proses pembelajaran menuju kodrat Ilahi ini, kita harus melalui beberapa fase, sebagai berikut: 1).Tidak menganggap setara, walaupun punya hak untuk mempertahankannya (ayat 6), 2).Pengosongan diri (ayat 7), 3).masuk pada level kedudukan yang terendah (ayat 7), 3).Siap mengalami hidup sebagai orang yang lemah dan terbatas, (ayat 7). 4).Dalam keadaan tersebut harus konsisten dengan ketaatan sampai langkah terakhir, (ayat 8), 5).Bahkan ketaatan itu sampai pada tempat yang disebut ketidak-adilan atas kita, (ayat 8). Penjelasan pada ayat 9 – 11 merupakan terobosan yang dahsyat untuk mengemban Amanat Agung Yesus Kristus.
Injil sampai ke benua Eropa karena terobosan yang dahsyat. Rasul Paulus telah melakukan banyak terobosan dalam misi penginjilan. Ia telah menerima tongkat estafet “ mandat Allah” dari seorang yang penuh Roh Kudus yang bernama Stefanus. Yesus Kristus telah menyempurnakan semua impian ini di kayu salib. Kita semua adalah generasi penerus yang akan mebawa tongkat estafet dari mandat Allah. Dan tidak hanya sampai pada generasi kita, tongkat itu harus diserahkan untuk dilanjutkan pada generasi berikutnya sampai maranatha. Adalah lebih baik jika kita tidak menunda semua impian ini. Marilah kita bergerak maju pada panggilan yang mulia ini untuk melakukan terobosan Ilahi. Masuklah pada panggilan Allah sesuai dengan kadar panggilan yang Tuhan titipkan pada kita, generasi kita dan generasi selanjutnya. Ladang yang sementara kita tuai sangat sangat luas sedangkan pekerja sedikit. Yesus telah meberikan suatu gambaran bahwa untuk memaksimalkan pekerjaan dari ketidakseimbangan antara pekerja dan ladang tuaian melalui maksimalitas kerja. Kita adalah pekerjanya Tuhan dalam suatu Perusahaan Kayu Salib. Tuhan ingin agar kita harus meinvestasikan tenaga pikiran, material dan dana untuk terobosan ini. Investasikan dan kembangkan talenta anda untuk suatu terobosan bagi ekspansi kerajaan Allah. Salam Terobosan! (*Samuel Lassa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Haleluya???